Kesenian Campak, Ajang Adu Keahlian Berpantun Khas Budaya Belitong

by -2088 Views
Foto ; indonesia kaya

DjossNews.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Pantun tidak hanya populer di Betawi saja. Di Belitung, seni berbalas pantun masih dipentaskan dengan meriah sampai hari ini.

Pantun merupakan satu di antara bentuk kesusastraan asli Nusantara. Pantun bagi masyarakat Indonesia ibarat sesuatu yang begitu dekat, tetapi kini terasa jauh ketika budaya populer makin menjadi primadona dalam industri hiburan.

Pantun ditaksir berasal dari tradisi Melayu yang sudah begitu kuat mengakar dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Bisa jadi, penyebaran pantun sejalan dengan perkembangan bahasa Melayu di Indonesia.

Mungkin karena itu pula, jika dibandingkan dengan masyarakat di daerah lain, pantun bagi masyarakat Melayu sudah begitu kukuh menyatu dan sebagai media penting dalam menyampaikan nasihat berkenaan dengan tata pergaulan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kata pantun sendiri berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti “penuntun”. Ada banyak jenis pantun berdasarkan isinya yang dikenal di Indonesia dan satu di antaranya yang sangat unik adalah pantun adat. Pantun adat mengandung petuah tentang adat istiadat dan kebudayaan. Gaya bahasa yang digunakan pun mengusung kearifan lokal asli tempat pantun tersebut berasal.

Dalam bahasa Jawa, pantun adat dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai sisindiran, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Sementara, masyarakat Betawi juga menyebutnya pantun, meskipun bahasa yang digunakannya adalah bahasa Melayu Betawi.

Seni Pantun di Belitung

Salah satu daerah di Indonesia yang juga masih lekat dengan budaya dan kesenian pantun adalah Provinsi Bangka Belitung. Pantun merupakan salah satu jenis sastra lisan Bangka Belitung. Pelestarian budaya pantun pada masyarakat Bangka Belitung dapat kita temui misalnya pada acara pernikahan, agenda-agenda pariwisata, lomba berbalas pantun, dan acara budaya lainnya.

Salah satu ajang berbalas pantun masyarakat Belitung adalah campak. Kesenian campak menjadi hiburan masyarakat lokal, yang sampai hari ini masih mengundang keramaian dan kerap digelar hingga larut malam. Kesenian campak dapat dibagi menjadi dua, yakni campak darat dan campak laut.

Jika campak darat dijadikan tari pergaulan, maka campak laut yang dibawakan oleh masyarakat suku Sawang merupakan tari gembira yang diikuti dengan nyanyian dan dilakukan berpasang-pasangan. Biasanya, campak laut dilakukan hingga larut malam dan terkadang menjadi ajang mencari pasangan.

Dalam tari campak, biduan wanita memancing penonton pria yang bisa berpantun untuk maju ke atas panggung dan beradu pantun dengannya. Sambil menunggu, mereka menyanyikan lagu yang syairnya berisi pantun-pantun dalam bahasa Belitung.