Ternate sebagai kota dan sekaligus menjadi pusat aktivitas perdagangan rempah-rempah jadi saksi sejarah atas dominannya Islam sebagai sebuah ideologi masyarakat saat itu.
Salah satu hal yang sangat menguntungkan mengapa Islam cepat berkembang di Ternate adalah disebabkan karena masyarakat Ternate sangat dipengaruhi oleh budaya kemaritiman.
Dalam konteks kemaritiman, merupakan daerah tempat persinggahan. Para kapal-kapal laut baik dari Timur ke Barat maupun sebaliknya seringkali singgah di Ternate.
Kejayaan Kerajaan Ternate
Setelah Islam masuk ke Kerajaan Ternate, Kesultanan tersebut lantas mengalami perkembangan yang pesat teruntuk di bidang perdagangan rempah sekitar abad ke-15 M.
Sayangnya kestabilan ekonomi di Ternate ini mulai terancam ketika bangsa Portugis datang. Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Maluku (Ternate) hanya untuk membeli rempah-rempah dari para petani.
Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya.
Dari situlah Ternate mulai melakukan beberapa perlawanan. Salah satunya adalah perlawanan terhadap Portugis pada awal abad ke-16 M.
Setelah beberapa tahun mengalami peperangan, akhirnya Kesultanan Ternate di bawah Sultan Baabullah berhasil mengusir bangsa Portugis.
Di bawah pemerintahan Sultan Baabullah, wilayah kekuasaan Kerajaan Ternate membentang dari Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Timur, Sulawesi Tengah, bagian selatan Kepulauan Filipina, dan Kepulauan Marshall di Pasifik.
Namun Sultan Baabullah wafat pada 1583 M. Ternate mulai mengalami kemunduran. Kehidupan politik mereka semakin kacau setelah VOC datang dan memenangkan persaingan dagang. Menjelang akhir abad ke-17, Kerajaan Ternate sepenuhnya berada di bawah kendali VOC.